Menertawakan Cinta Yang Melayang Keluar Jendela Saat Kemiskinan Menghampiri Pintu

BeritaBenua.com —
Beritabenua
BeritabenuaPenulis
Ilustrasi/Pinterest

OPINI, Sebagai pemuda yang kurang mapan dan tampan. Saya selalu mencari pembenaran yang setimpal, hanya untuk sedikit mengobati luka hati yang kerap mengiris di dada.

“Cinta melayang keluar jendela, saat kemiskinan menghampiri pintu” merupakan salah satu pameo dari penulis terkenal asal Jepang, Osamu Dazai. Dapat menjadi obat penenang bagi siapapun yang mengalami duka lara, terutama dalam cinta.

Walau cenderung kontroversi dan materialistis, namun kalimat tersebut ada benarnya. Dapat mejadi lelucon sementara, jika dikorelasikan dengan realitas hari-hari ini.

Seorang perempuan secara umum tak begitu terpikat hanya dengan ketampanan saja, tapi juga harus ditopang dengan kemapanan. Pun lelaki, tak lagi sekedar mencintai lantaran embel-embel tulus, ikhlas, apa-adanya. Melainkan lebih kepada unsur materi.

Sudah jarang kita menemui sosok seperti diisyaratkan Jalaluddin Rumi. Bahwa cinta adalah keluhuran.

Bahkan Rumi pernah berkata, “Sejak kudengar tentang dunia cinta, kumanfaatkan hidupku, hatiku dan mataku di jalan ini.” Ia melakukan ini karena menurutnya, setiap waktu yang berlalu tanpa cinta akan menjelma menjadi wajah memilukan di hadapan Tuhan.

Sayanya sebagian orang sekarang seperti telah kehilangan Tuhan, apalagi cinta. Jadi nyaris semua sajak dan kutipan romantis para pemikir telah ditanggalkan. Kalimat dan filosofi seperti cinta ala Kahlil Gibran seolah tak berlaku lagi.

Bagi Kahlil Gibran, hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon yang kokoh berdiri, namun kering tanpa dihiasi buah ataupun bunga.

Cinta menjadi istimewa bagi mereka yang mengerti, menjadi indah bagi yang sedang kasmaran. Tetapi cinta adalah bencana bagi mereka yang sedang patah.

Karena itulah banyak orang beranggapan bahwa cinta sulit didefinisikan, setiap cinta punya makna dan jalan kisahnya masing-masing.

Bahkan suatu waktu saya pernah berdiskusi sama seseorang, ia mengeluh lantaran terlalu sering menyebut namanya dalam sujud tetapi sia-sia. Lantaran ia lupa, nama dan wajah dalam doa hanya pemalsuan identitas.

Saya sarankan ia menyodorkan ATM dan kunci mobil, serta perabot apartemen. Lalu saya pastikan seluruh badan di tubuhnya akan memar sebab dikecup tanpa ampun.

Agama memang mengajarkan kita untuk mencintai karena Tuhan, tetapi kini kebanyakan manusia telah kehilangan Tuhan dalam dirinya, hal itu membawa serta segala rasa dan kepedulian yang dapat menghasilkan ketenangan dalam bingkai cinta.

Pengalaman lain yang akan saya sebutkan, di mana hubungan yang baik biasanya dibungkus dengan sastra, puisi, sajak, atau kata-kata romantic lainnya. Saat saya melakukan ini pada perempuan seorang perempuan, ia hanya membalas singkat, “Kata-kata tak bisa mengeyangkan perut” katanya.

Meski demikian, saya tetap optimis dan berharap suatu waktu akan menemukan cinta sebagaimana para filsuf memberinya nama.

Cinta yang melayang keluar jendela saat kemiskinan menghampiri pintu, ala Osamu Dazai harus merubah perspektif demikian stigma kita untuk berkiprah dan meyakini pesan Rumi, bahwa yakinlah, di jalan-cinta itu, Tuhan akan selalu bersama.

Tanpa gegabah meyakini Kahlil Gibran di mana menurutnya, ketika cinta memanggil, maka dekatilah ia sepanjang jalan berliku. Ketika cinta memeluk, maka dakapilah ia meski pedang di sela-sela sayapnya melukai.

Saya yakin semua orang punya cinta yang berbeda dan menarik, menurut saya apapun alasannya, cinta selalu layak diperjuangkan. Tak peduli ia tulus atau bangsat, tak penting ia sungguh atau bercanda. Karena cinta yang kuat, memalingkan logika.

Maka berpikirlah sekali lagi untuk jatuh cinta, tanpa harus tergesa-gesa sebab cinta menurut saya tak pernah kadaluwarsa. Cinta adalah tawa, sedih, gembira dan kerap membuat gila.

Penulis: Burhan SJ

*Tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Tim Editor

Beritabenua
BeritabenuaEditor

Berita Terkait

Cover
Opini

Merayakan Kemerdekaan, Merawat Kebhinekaan.

Bahrul.M (Alumni Sarjana Antropologi UNM) sekitar 1 bulan lalu

Baca
Cover
Opini

Pilkada Sinjai 2024, Korelasi Kemajuan Zaman dengan Kepemimpinan Perspektif Leluhur

A. Syahrul Paesa, S.IP sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Opini

Bukan Sekedar Agenda Politik, Pilkada Momentum Cari Pemimpin yang Berkualitas

Beritabenua sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Opini

Gerakan Kepemimpinan Berdampak, IPM Sulsel Usulkan Pilar Triple K

Beritabenua 3 bulan lalu

Baca
Cover
Opini

Menyelami Esensi Idul Adha, Lebih dari Sekedar Sembelih Hewan Kurban

Titik Puspita 3 bulan lalu

Baca

Baru