OPINI, Beritabenua.com- Dalam diamku kupandangi dirimu, Terpesona oleh pesonamu yang memukau. Senyummu bagai mentari pagi, Menyinari jiwa yang hampa dan sepi.
Langkahmu bagai alunan melodi, Merdu dan indah menyapa hati. Kata-katamu bagai puisi, Penuh makna dan menenangkan jiwa ini.
Kukagumi dalam diam, tak berani bersuara, Takut merusak indahnya suasana. Hanya doa yang kupanjatkan, Semoga kau selalu bahagia, diiringi kasih dan cinta. meskipun aku tak tahu arti semua, Yang kutahu, hatiku telah tertambat padamu. Kan kusimpan rasa ini dalam diam, Sebagai kenangan indah yang tak terlupakan.
Di padang pasir cinta yang terik, Kutemukan oase menawan, parasmu yang rupawan. Bagai Osman yang memesona Bala Hatun, Keindahanmu membuatku terpaku, hatiku pun gundah gulana.
Dalam diam, kusimpan rasa cinta yang membara, Tak berani kuungkap, takut kau berpaling dan kecewa. Hanya bisikan angin yang membawa pesan cinta, Menyampaikan rasa rindu yang tertahan di dalam dada.
Bagai Qois yang tergila-gila pada Laila, Aku terikat padamu, jiwaku tak bisa terlepas. Meskipun cinta ini terpendam dalam diam, Ia bagaikan api yang membakar kalbu, takkan pernah padam.
Semoga kelak, di suatu hari nanti, cinta ini tersampaikan, bukan untuk memperoleh balasan tetapi cukup kamu bisa merasakan, tidak ada cinta yang setara dengan ketulusan cinta dalam diam.
Di balik tirai kelambu di Kamar tidurku, Terkurung rasa cinta dan rindu yang tak pernah jemu. Bagai Taj mahal simbol bangunan cinta dan rindu, dirimu membuat hatiku luluh seiring berjalannya waktu.
Tak seperti kisah cinta Padmini dan Ratansen, Cintaku padamu tak perlu pertumpahan darah dan peperangan. Doa dan kesabaran menjadi pegganganku, Mengharap ridho Ilahi dan ketulusan hatimu.
Semoga suatu saat nanti, Rasa ini tersampaikan, melampaui batas kasta dan adat istiadat. Bersamamu kita jalin cinta yang sejati, Membangun kerajaan cinta dan keadilan, yang takkan pernah pudar dikenang sejarah nanti.
Di tengah gemerlapnya kehidupan, Terbersit rasa kagum dalam hatiku yang sederhana. Parasmu bagai rembulan purnama, menerangi kalbu yang dahaga. Sifatmu bagai air Zamzam, menyejukkan jiwa yang gersang.
Seperti Khadijah yang mencintai Muhammad dengan tulus, Aku pun mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwa yang tak mengenal pupus. Meski cinta ini terpendam dalam diam, Ia bagaikan rembulan, takkan pernah padam walau dalam kegelapan.
Di balik jilbab yang menutupi paras ini, Tersimpan rasa cinta yang terus tersembunyi. Sosokmu bagai mentari pagi, Menghangatkan hati dikala dingin menyelimuti.
Seperti udara pagi yang senyap dan sepi, Tersimpan rasa cinta dalam sanu bari. Bukan untuk kisanat tanggapi karena apalah daya kami peluh lindah untuk mengukapkan semua ini.
Di bawah kolong langit malam yang sunyi, Cintaku terlukiskan sempurna dibawah kolong langit ini. Ada cinta yang tidak menunggu untuk diberi, cukup dirasakan oleh hati nurani.
Dalam diam, kusimpan rasa yang kian mendalam, Tak berani kuungkapkan, takut dirimu berpaling dan meninggalkan. Hanya doa yang kupanjatkan, semoga dirimu bahagia, Selalu dalam lindungan Ilahi Robbi.
Seperti kuncup mawar yang mekar di taman, Cintaku padamu pun mulai mekar dan berkembang. Meskipun cinta ini terpendam dalam diam, Ia bagaikan tanaman yang terus bersemi saat musim hujan datang.
Semoga kelak, di suatu hari nanti, Cinta ini tersampaikan, karena cintaku tidak memaksakan. Ia lahir dari anugerah Tuhan dan selebihnya aku serahkan kepada-Nya, bagaimana rasa ini memperoleh balasan.
Oleh: Titik Puspita