Melodi Rindu di Tengah Rintik Hujan Pilu

BeritaBenua.com —
Mg
Mg (Titik).Penulis
Ilustrasi

OPINI, Beritanenua.com- Perlahan awan hitam berarak, Langit kelabu, mentari tertelak. Angin sayup berdesir mesra, Menyanyi lirih, menggoda udara.

Derai rintih, tetes pertama jatuh, Membasahi bumi, harum tanah basah. Jendela kaca, bulir bening mengetuk, Seperti jemari, rindu bertamu mesra.

Di bangku kayu, diriku menanti, Dengan secangkir teh hangat mengepul. Debur rintik, irama alam bernyanyi, Menemani sunyi, dalam hati yang gulung.

Tetesan hujan, bagai air mata rindu, Mencari temu, di pangkuan bumi. Akupun rindu, pada bayang yang jauh, Menunggu janji, di bawah langit kelabu.

Bersama hening, ku hela nafas dalam, Doa kupanjatkan, di sela rintik hujan. Semoga kelak, pelangi kan terbentang, pengganti takdir dari Tuhan.

Hujan menangis, rintih tiada henti, Membasahi bumi, seakan turut bersedih. Dingin merasuk, menusuk kalbu perih, Membayangkan dirimu, yang takkan lagi beralih.

Dulu kita bersama, di bawah langit ini, Berbagi cerita, di saat mentari berseri. Kini sunyi hening, tiada lagi hadirmu, Hanya jejak memory, menusuk sanubari.

Hujan semakin deras, mengaburkan pandangan, Seperti air mataku, mengalir tak tertahan. Rindu membuncah, perih tiada terperi, Ingin jumpa dirimu, walau hanya sekali.

Namun, takdir berkata lain, jalan kita berbeda, Sebuah pertemuan, yang tak mungkin berlanjut mesra. Ikhlas ku terima, meski hati meronta, Memendam rasa, dalam bait-bait nestapa.

Biarkan hujan menangis, biar air mata tumpah, Menyuci jiwaku, dari rindu yang tak terarah. Kan ku simpan rapat, semua kenangan indah, Sebagai bekal nanti, di kehidupan yang fana.

Di ufuk senja yang remang-remang, Ku pandang langit, penuh kabut kelabu. Bayangmu terlintas, dalam benak yang pilu, Membawa kembali luka yang tak kunjung merapu.

Rindu ini bagai belati tajam, Menancap di kalbu, perih tiada terkira. Membayangkan dirimu, yang takkan pernah kembali, Meninggalkanku dalam nestapa dan duka yang tak terperi.

Ingin ku pekikkan namamu, ke angkasa yang luas, Meneriakkan rindu yang tak tertahan. Namun, hanya angin yang membawa desahan, Meninggalkan diriku dalam keheningan yang hampa.

Air mataku mengalir, membasahi pipi, Menyatu dengan hujan yang turun rintik-rintik. Bunga-bunga layu, menundukkan kepala, Seakan turut berduka atas cinta yang tak terarah.

Ku genggam erat kenangan indah bersamamu, Sebagai penghibur di saat hati pilu. Walaupun dirimu takkan pernah kembali, Cintaku padamu akan selalu abadi, di sanubariku.

Di ufuk senja yang kian kelam, Ku doakan semoga kau tenang di alam baka. Meski raga takkan pernah bertemu lagi, Cintaku padamu akan selalu hidup, di sepanjang masa.

Gerimis turun perlahan, membelai bumi yang sunyi, Sejuknya menusuk kalbu, bagai perih rindu yang tak bertepi. Dudukku termenung, di bawah atap nan kelabu, Membayangkan wajahmu, oh kekasih yang telah pergi jauh.

Hujan mengetuk jendela, irama duka yang pilu, Menyatu dengan air mataku, yang berlinang tak kunjung henti. Rindu ini bagai gelombang, menerpa jiwa yang lara, Ingin kuungkapkan setulus hati, meski takkan pernah bersua.

Oh, gerimis yang syahdu, bisikkan salamku padanya, Sampaikan betapa rinduku padanya, yang kekal sepanjang masa. Meski raga telah tiada, cintaku takkan sirna, Terus terkenang indah, di relung jiwa yang hampa.

Di setiap tetes hujan yang jatuh, ku bayangkan senyummu manis, Kehangatan kasihmu yang dulu, seakan hadir kembali. Meski takdir berkata lain, kita takkan pernah bertemu lagi, Namun rindu ini akan kupendam, hingga akhir nanti menghampiri.

Gerimis pun perlahan reda, mentari enggan menyapa, Dunia serasa gelap, sepi menusuk jiwa. Namun, dalam lubuk hatiku tersimpan janji setia, Cintaku padamu takkan mati, meski raga terpisah dunia.

Kan ku nikmati rindu ini, dengan setiap bulir hujan yang jatuh, Sebagai pengingat cinta suci, yang tak lekang meski waktu runtuh. Walau tak bisa berjumpa, di dunia yang fana ini, Di keabadian nanti, ku harap kan bertemu lagi.

    Tim Editor

    Beritabenua
    BeritabenuaEditor

    Berita Terkait

    Cover
    Opini

    Merayakan Kemerdekaan, Merawat Kebhinekaan.

    Bahrul.M (Alumni Sarjana Antropologi UNM) sekitar 1 bulan lalu

    Baca
    Cover
    Opini

    Pilkada Sinjai 2024, Korelasi Kemajuan Zaman dengan Kepemimpinan Perspektif Leluhur

    A. Syahrul Paesa, S.IP sekitar 2 bulan lalu

    Baca
    Cover
    Opini

    Bukan Sekedar Agenda Politik, Pilkada Momentum Cari Pemimpin yang Berkualitas

    Beritabenua sekitar 2 bulan lalu

    Baca
    Cover
    Opini

    Gerakan Kepemimpinan Berdampak, IPM Sulsel Usulkan Pilar Triple K

    Beritabenua 3 bulan lalu

    Baca
    Cover
    Opini

    Menyelami Esensi Idul Adha, Lebih dari Sekedar Sembelih Hewan Kurban

    Titik Puspita 3 bulan lalu

    Baca

    Baru