Suara panggilan dari langit hanya bisa didengar oleh hati, bukan oleh otak dan bukan juga oleh mata maupun telinga. Jadi sungguh sangat sakral dan spiritual sifatnya. Seperti penerimaan tentang pengertian dunia dan akhirat serta hablum minannas dan hablum minallah, itu artinya manusia tidak dapat mengabaikan hubungannya dengan Tuhan dan nilai-nilai kemanusiaan yang saling terkait serta menguatkan antara yang satu dengan lainnya.
Begitulah kecerdasan spiritualitas sebagai kemampuan untuk mendekatkan diri setiap orang kepada Tuhan, atas dasar keyakinan serta ketekunan tanpa perduli kebisingan dunia sekitarnya. Dari kecerdasan dan keyakinan laku spiritual yang tekun, ada kesadaran terhadap gerak atau evolusi dari peradaban yang sedang melaju menuju era akhir dari manusia yang dapat dipahami semakin dimonopoli oleh artificial Intelligence yang menggaransi nilai kemanusiaan.
Artinya, ketekunan dan kemampuan hingga kecerdasan spiritual menjadi semakin relevan dipersiapkan untuk menghempang dampak negatif dari benturan peradaban yang ditimpali oleh lentingan teknologi digital yang abai pada eksistensi manusia hanya untuk memiliki keunggulan yang lain bagi mereka yang bisa dan mau menghamba pada artificial Intelligence yang bisa memanjakan sikap tamak dan rakus dari ambisius yang tidak perduli pada manusia yang lain.
Akibat terbelahnya sikap dan sifat manusia yang tidak manusiawi ini dalam benturan peradaban hingga perkembangan artificial Intelligence yang semakin kuat mencengkeram segenap sendi kehidupan, dapat dibayangkan seperti air bah yang meluluh lantak semua bentuk pertahanan budaya menjadi rata seperti dataran yang tidak bertepi penuh dengan sampah peradaban lama yang sesungguhnya masih sangat diperlukan -- setidaknya -- untuk menjadi patokan guna memposisikan nilai yang adiluhung, atau semacam kearifan lokal agar tetap dapat memberi warna serta jejak budaya manusia nusantara yang khas.
Jejak budaya manusia Nusantara ini penting, bukan sekedar untuk menandai corak dari peradaban dunia yang bakal terus tumbuh dan berkembang membuahkan peradaban milenial pada hari ini dan di masa mendatang, tetapi harus mampu -- setidaknya -- meninggalkan ciri khas dari kepribadian suku bangsa Nusantara dalam pertautan maupun pertarungan budaya dengan beragam bangsa di dunia.
Salah satu diantara strategi kebudayaan yang dapat dilakukan untuk dapat dijadikan pertahankan budaya suku bangsa kita adalah mengarahkan orientasi perhatian pada serpihan budaya lokal yang diyakini sebagai puncak dari budaya daerah dalam ragam acara maupun upacara, pekerjaan serta usaha hingga pola konsumsi (sandang dan pangan) hingga upaya mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang spesifik khas ketimuran seperti laku spiritual, hingga Nusantara -- Indonesia -- menjadi pusat serta kiblat spiritual dunia.
Laku spiritual yang syarat muatan nilai etika, moral serta upaya untuk menjaga kesempurnaan akhlak mulia manusia, patut didorong dan terus dikembangkan, agar dapat menjadi benteng pertahanan segenap bentuk yang menggradasi tata nilai kemuliaan manusia. Jadi untuk dapat membentengi tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan, satu diantara pilihan terbaik adalah dengan memperkuat ketangguhan dan kecerdasan spiritual bangsa Indonesia.
Cipulir, 15 Mei 2024