JAKARTA, Kepadatan penduduk kerap menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia, namun, siapa sangka. Belakangan ini para ilmuwan memperkirakan akan terjadi penurunan jumlah anggota keluarga di semua negara.
Dilansir laman Science Alert pada Selasa (16/1/24), dalam studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti internasional, model matematika digunakan menghitung rata-rata penurunan jumlah anggota keluarga sebesar 35 persen pada tahun 2095.
Pengurangan ini akan berbeda-beda di setiap negara karena jumlah keluarga di beberapa negara biasanya jauh lebih besar dibandingkan negara lain namun secara keseluruhan, tim peneliti mengatakan bahwa hal ini menyoroti bagaimana jaringan dukungan keluarga akan berubah dalam beberapa dekade mendatang.
“Kami bertanya pada diri sendiri bagaimana perubahan demografis akan mempengaruhi kekayaan kekerabatan di masa depan,” kata ilmuwan sosial, Diego Alburez-Gutierrez dari Max Planck Institute for Demographic Research di Jerman.
Walau penelitian ini tidak menyelidiki secara mendalam alasan di balik perkiraan penurunan jumlah anggota keluarga, penelitian ini menunjukkan adanya penurunan angka kematian secara keseluruhan pada usia tua dan muda.
Ketika angka kematian menurun, hal ini dapat berkontribusi pada perubahan norma-norma masyarakat, faktor ekonomi, dan praktik keluarga berencana. Tren tersebut kemudian menyebabkan menurunnya penduduk di setiap generasi.
“Temuan kami mengonfirmasi bahwa ketersediaan sumber daya kekerabatan menurun di seluruh dunia,” kata Alburez-Gutierrez.
Menurutnya, seiring dengan semakin lebarnya kesenjangan usia antara individu dan kerabatnya, masyarakat akan memiliki jaringan keluarga yang tidak hanya lebih kecil, namun juga lebih tua.
Para peneliti membandingkan rata-rata perempuan berusia 65 tahun pada tahun 1950, yang rata-rata memiliki 41 saudara yang masih hidup, dengan rata-rata perempuan berusia 65 tahun yang hidup pada tahun 2095 yang diperkirakan hanya memiliki 25 saudara yang masih hidup.
Sekitar 1.000 sejarah kekerabatan di setiap negara dianalisis untuk penelitian ini, berdasarkan data PBB.
“Pergeseran besar dalam struktur keluarga ini akan menimbulkan tantangan sosial yang penting yang harus dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan di negara-negara Utara dan Selatan,” jelas Alburez-Gutierrez.
Diketahui, hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan di PNAS.