JAKARTA, Para peneliti terus melakukan upaya untuk menebus rasa penasaran mereka. Hal-hal mustahil pun ditembus, diuji, kemudian dibuktikan secara empiris. Demikian dilakukan para peneliti dan pemikir duia.
Baru-baru ini, sejummlah peneliti lingkungan Kembali menelusuri hutan bakau kuno dengan pohon-pohon yang menjulang setinggi 130 kaki telah ditemukan lebih dari 20 juta tahun setelah semburan lumpur vulkanik di Panaman. Sejumlah studi menemukan hal menakjubkan di sana.
Dilalnsir dari Live Science, para peneliti pertama kali menemukan fosil tersebut pada tahun 2018 saat melakukan ekspedisi geologi di Pulau Barro Colorado (BCI). Pulau ini terletak di Danau Gatun buatan manusia di Panama, yang dilintasi ribuan kapal setiap tahun saat mereka berlayar melalui Terusan Panama.
Sejumlah sumber menyebutkan, BCI dulunya merupakan bagian dari lanskap perbukitan yang sebagian terendam pada tahun 1913, ketika para insinyur membendung sungai Chagres untuk membangun kanal, dan ditetapkan sebagai cagar alam pada tahun 1923.
Terlepas dari penampakannya, fosil bakau sebenarnya terawetkan dengan menakjubkan, kata Jaramillo. Hal ini terjadi karena letusan gunung berapi mengubur pepohonan sekitar 23 juta tahun yang lalu pada zaman Miosen awal (23 juta hingga 5,3 juta tahun yang lalu), sehingga memperlambat dekomposisi dan membekukan lanskap seiring berjalannya waktu.
“Sampel fosil kayu yang juga dikenal sebagai kayu membatu menyimpan banyak informasi,” kata penulis utama studi Camalia Martinez Aguillon, ahli paleoekologi di Universitas EAFIT di Kolombia, kepada Live Science, dilansir media ini. Senin (15/1/24).
Para peneliti memeriksa 121 sampel fosil kayu yang tergeletak di sungai kecil di BCI dan menemukan 50 di antaranya berasal dari spesies yang sebelumnya tidak diketahui, yang mereka beri nama Sonneratioxylon barrocoloradoensis.
Spesies fosil yang baru ditemukan ini menyerupai pohon bakau yang tumbuh di Asia Tenggara, Australasia, wilayah yang mencakup Australia, Selandia Baru dan beberapa pulau di sekitarnya. Namun hutan purba itu berdiri jauh lebih tinggi daripada hutan bakau modern, menurut sebuah penelitian di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology beberapa waktu lalu.
Meskipun kanopi sebagian besar pohon bakau yang hidup mencapai tinggi sekitar 43 kaki (13 meter), S. barrocoloradoensis tumbuh hingga sekitar 82 kaki (25 m) dan dapat menjulang hingga 130 kaki (40 m).
Peneliti bahkan meyakini, pohon-pohon purba kemungkinan besar mengembangkan strategi bertahan hidup yang sama dengan yang digunakan hutan bakau saat ini, lebih memilih perairan payau daripada perairan laut yang sangat asin.
Hutan tersebut membatasi semenanjung sempit yang menghubungkan Panama tengah saat ini dengan Amerika Utara sebelum tanah genting Panama terbentuk, antara 23 juta dan 3 juta tahun yang lalu.
Fosil-fosil bakau semuanya berada dalam kondisi pelestarian yang serupa, sehingga mendorong para peneliti untuk berpikir bahwa hutan tersebut musnah oleh satu letusan gunung berapi yang membanjiri lanskap tersebut dengan lumpur.