JAKARTA, Beritabenua.com- Konflik Israel-Palestina di Rafah, Jalur Gaza selatan, telah mencapai titik kritis. Serangan Israel terhadap wilayah pengungsian di Rafah telah menewaskan sedikitnya 45 orang, dengan banyak korban lainnya luka-luka.
Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Mahkamah Internasional PBB memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya di wilayah tersebut.
Menurut laporan voaindonesia, Serangan Israel terhadap wilayah pengungsian di Rafah pada ahad 26 Mei 2024, menghantam area Tel As-Sultan di Rafah barat, yang dipenuhi ratusan ribu pengungsi. Serangan ini menyebabkan kebakaran besar yang dipadamkan oleh tim Pertahanan Sipil Palestina setelah 45 menit.
Selain kebakaran, serangan ini juga menimbulkan korban tewas, dengan jumlah korban mencapai 40 orang, termasuk warga Palestina yang meninggal "dibakar hidup-hidup" di dalam tenda mereka.
Sepanjang hari senin (27/5) korban meninggal bertambah 5 orang sehingga tolal 45 korban.
Berbagai negara dan organisasi, termasuk PBB, Uni Eropa, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, mengecam serangan Israel dan meminta gencatan senjata segera.
Situasi di Rafah masih sangat kritis, dengan ribuan orang yang masih bertahan di daerah tersebut. Pemerintah Kanada telah membantu beberapa warga Gaza yang telah tiba di Kanada, dan Qatar sebagai mediator perundingan, menyatakan serangan Rafah dapat menghambat upaya mewujudkan gencatan senjata dan pertukaran sandera