Teleskop James Webb Gugat Pemahaman Kita Tentang Alam Semesta

BeritaBenua.com —
Tim
Tim LapanganPenulis
Ilustrasi Alam Semesta (Shutterstock/FT)

JAKARTA, Beritabenua.com-Alam semesta selalu menyimpan misteri yang sulit dipecahkan, walau demikian, kini para ilmuwan yang menggunakan teleskop luar angkasa James Webb dan Hubble telah memastikan bahwa pengamatan tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan pengukuran.

Para astronom telah menggunakan teleskop luar angkasa James Webb dan Hubble untuk mengkonfirmasi salah satu teka-teki paling meresahkan dalam semua ilmu fisika bahwa alam semesta tampaknya mengembang dengan kecepatan yang sangat berbeda-beda tergantung dari mana kita melihatnya.

Pada tahun 2019, pengukuran yang dilakukan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble mengonfirmasi bahwa teka-teki itu nyata, pada tahun 2023, pengukuran yang lebih tepat dari James Webb Space Telescope (JWST) memperkuat perbedaan tersebut.

“Dengan dihilangkannya kesalahan pengukuran, yang tersisa adalah kemungkinan nyata dan menarik bahwa kita telah salah memahami alam semesta,” kata penulis utama studi Adam Riess, profesor fisika dan astronomi di Universitas Johns Hopkins, sebagaimana dilansir Live Science. Sabtu (16/3/24).

Antara tahun 2009 dan 2013, para astronom memetakan fuzz gelombang mikro ini menggunakan satelit Planck milik Badan Antariksa Eropa untuk menyimpulkan konstanta Hubble sekitar 46.200 mph per juta tahun cahaya, atau sekitar 67 kilometer per detik per megaparsec (km/s/Mpc) .

Metode kedua menurut mereka adalah menggunakan bintang berdenyut yang disebut variabel Cepheid. Bintang Cepheid sedang sekarat, dan lapisan luar gas heliumnya tumbuh dan menyusut saat menyerap dan melepaskan radiasi bintang, membuatnya berkedip secara berkala seperti lampu sinyal di kejauhan.

Saat Cepheid semakin terang, denyutnya semakin lambat, sehingga memberi para astronom cara untuk mengukur kecerahan absolutnya. Dengan membandingkan kecerahan ini dengan kecerahan yang diamati, para astronom dapat menghubungkan Cepheid menjadi sebuah "tangga jarak kosmik" untuk mengintip lebih dalam ke masa lalu alam semesta. Dengan adanya tangga ini, para astronom dapat menemukan angka pasti perluasannya berdasarkan bagaimana cahaya Cepheid direntangkan.

Menurut pengukuran variabel Cepheid yang dilakukan oleh Riess dan rekan-rekannya, laju ekspansi alam semesta adalah sekitar 74 km/s/Mpc: nilai yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan pengukuran Planck. 

“Kami tidak akan menyebutnya sebagai ketegangan atau masalah, melainkan krisis,” kata David Gross, astronom pemenang Hadiah Nobel, pada konferensi tahun 2019 di Institut Kavli untuk Fisika Teoretis (KITP) di California, dikutip Live Science.

Untuk mengatasi masalah ini, Riess dan rekan-rekannya melanjutkan pengukuran mereka sebelumnya, mengamati 1.000 lebih bintang Cepheid di lima galaksi induk yang berjarak 130 juta tahun cahaya dari Bumi. Setelah membandingkan data mereka dengan data Hubble, para astronom mengkonfirmasi pengukuran konstanta Hubble di masa lalu.

“Kami sekarang telah meneliti keseluruhan pengamatan Hubble, dan kami dapat mengesampingkan kesalahan pengukuran sebagai penyebab Ketegangan Hubble dengan keyakinan yang sangat tinggi,” kata Riess.

Tim Editor

Beritabenua
BeritabenuaEditor

Berita Terkait

Cover
Global

Polisi AS Gunakan Semprotan Merica Bubarkan Demonstran

Titik Puspita sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Global

Pemilihan Presiden AS, Harris Ungguli Trump

Titik Puspita sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Global

Sejarah! Joe Biden Mundur dari Pencalonan Presiden AS 2024

Titik Puspita sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Global

Israel Serukan Perintah Evakuasi di Gaza Selatan, 16 Warga Palestina Tewas

Titik Puspita sekitar 2 bulan lalu

Baca
Cover
Global

Ketegangan Meningkat di Bangladesh, Jam Malam Diterapkan

Titik Puspita sekitar 2 bulan lalu

Baca

Baru